Senin, 26 September 2011

"Empat Faktor Penyebab Anak Berperilaku Agresif" oleh Muhammad Isnaini

1. Faktor Biologis
Emosi dan perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor genetic, neurologist atau faktor biokimia, juga kombinasi dari faktor ketiganya. yang jelas, ada hubungan antara tubuh dan perilaku, sehingga sangat beralasan untuk mencari penyebab biologis dari gangguan perilaku atau emosional. misalnya, ketergantungan ibu pada alcohol ketika janin masih dalam kandungan dapat menyebAnak berkebutuhan khususan berbagai gangguan termasuk emosi dan perilaku. Ayah yang peminum alkohol menurut penelitaian juga beresiko tinggi menimbulkan perilaku agresif pada anak. Perilaku agresif dapat juga muncul pada anak yang orang tuanya penderita psikopat (gangguan kejiwaan). Semua anak sebenarnya lahir dengan keadaan biologis tertentu yang menentukan gaya tingkah laku atau temperamennya, meskipun temperamen dapat berubah sesuai pengasuhan. Selain itu, penyakit kurang gizi, bahkan cedera otak, dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan emosi atau tingkah laku.
2. Faktor Keluarga
Faktor keluarga yang dapat menyebAnak berkebutuhan khususan perilaku agresif dapat diidentifikasikan seperti berikut. pertama, Pola asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak konsisiten. Misalnya orang tua sering mengancam anak jika anak berani melakukan hal yang menyimpang. Tetapi ketika perilaku tersebut benar-benar dilakukan anak hukuman tersebut kadang diberikan kadang tidak, membuat anak bingung karena tidak ada standar yang jelas. hal ini memicu perilaku agresif pada anak. Ketidakonsistenan penerapan disiplin jika juga terjadi bila ada pertentangan pola asuh antara kedua orang tua, misalnya si Ibu kurang disiplin dan mudah melupakan perilaku anak yang menyimpang, sedang si ayah ingin memberikan hukuman yang keras. Kedua, Sikap permisif orang tua, yang biasanya berawal dari sikap orang tua yang merasa tidak dapat efektif untuk menghentikan perilaku menyimpang anaknya, sehingga cenderung membiarkan saja atau tidak mau tahu. Sikap permisif ini membuat perilaku agresif cenderung menetap. Ketiga, Sikap yang keras dan penuh tuntutan, yaitu orang tua yang terbiasa menggunakan gaya instruksi agar anak melakukan atau tidak melakukan sesuatu, jarang memberikan kesempatan pada anak untuk berdiskusi atau berbicara akrab dalam suasana kekeluargaan. Dalam hal ini muncul hukum aksi-reaksi, semakin anak dituntut orang tua, semakin tinggi keinginan anak untuk memberontak dengan perilaku agresif. Gagal memberikan hukuman yang tepat, sehingga hukuman justru menimbulkan sikap permusuhan anak pada orang tua dan meningkatkan sikap perilaku agresif anak. Memberi hadiah pada perilaku agresif atau memberikan hukuman untuk perilaku prososial. 
3. Faktor Sekolah
Beberapa anak dapat mengalami masalah emosi atau perilaku sebelum mereka mulai masuk sekolah, sedangkan beberapa anak yang lainnya tampak mulai menunjukkan perilaku agresif ketika mulai bersekolah. Faktor sekolah yang berpengaruh antara lain: 1) teman sebaya, lingkungan sosial sekolah, 2) para guru, dan 3) disiplin sekolah. Pengalaman bersekolah dan lingkungannya memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku agresif anak demikian juga temperamen teman sebaya dan kompetensi sosial,Guru-guru di sekolah sangat berperan dalam munculnya masalah emosi dan perilaku itu. Perilaku agresifitas guru dapat dijadikan model oleh anak dan disiplin sekolah yang sangat kaku atau sangat longgar di lingkungan sekolah akan sangat membingungkan anak yang masih membutuhkan panduan untuk berperilaku. Lingkungan sekolah dianggap oleh anak sebagai lingkungan yang memperhatikan dirinya. Bentuk pehatian itu dapat berupa hukuman, kritikan ataupun sanjungan.
4. Faktor Budaya
Pengaruh budaya yang negatif mempengaruhi pikiran melalui penayangan kekerasan yang ditampilkan di media, terutama televisi dan film. Menurut Bandura (dalam Masykouri, 2005: 12.10) mengungkapkan beberapa akibat penayangan kekerasan di media, sebagai berikut. Pertama, Mengajari anak dengan tipe perilaku agresif dan ide umum bahwa segala masalah dapat diatasi dengan perilaku agresif. Kedua, Anda menyaksikan bahwa kekerasan bisa mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan perilaku agresif, sehingga perilaku agresif tampak lumrah dan bisa diterima. Ketiga, Menjadi tidak sensitif dan terbiasa dengan kekerasan dan penderitaan (menumpulkan empati dan kepekaan sosial). dan Keempat, Membentuk citra manusia tentang kenyataan dan cenderung menganggap dunia sebagai tempat yang tidak aman untuk hidup.
Akibat sering nonton salah satu kartun, dan film robot di beberapa stasiun TV, anak cenderung meniru tokoh tersebut dan selain itu juga meniru perilaku saudara sepupu teman sepermainannya. Terkadang orang tua melarang putra – putrinya untuk menonton film – film kartun dan film robot tersebut tentunya dengan memberikan penjelasan, tetapi belum membuahkan hasil yang maksimal.
Selain itu, faktor teman sebaya juga merupakan sumber yang paling mempengaruhi anak. Ini merupakan faktor yang paling mungkin terjadi ketika perilaku agresif dilakukan secara berkelompok. Ada teman yang mempengaruhi mereka agar melakukan tindakan-tindakan agresif terhadap anak lain. Biasanya ada ketua kelompok yang dianggap sebagai anak yang jagoan, sehingga perkataan dan kemauanya selalu diikuti oleh temannya yang lain. Faktor-faktor Penyebab Anak Berperilaku Agresif di atas sangat kompleks dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Kamis, 22 September 2011

Ngompol pada Anak: Atasi dengan Terapi Ngompol

Jangan biarkan tempat tidur anak Anda bermandikan air kencing anak Anda setiap hari.
"Duuh, kok nggak belajar-belajar sih anak ini?". Mungkin itu yang Anda pikirkan. Anda pun bertanya-tanya mengapa kebiasaan anak tersebut tidak hilang-hilang.
Bapak/Ibu, Papa/Mam, Papi/Mami dan Abi/Umi TKIT dan SDIT Fathona Palembang yang dimuliakan Allah, ngompol pada anak adalah suatu kejadian yang biasa. Namun bila kebiasaan ini berlarut-larut, terjadi selama bertahun-tahun bahkan hingga menginjak SD, ini merupakan suatu kebiasaan buruk yang harus segera dihentikan. 
Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat Anda terapkan untuk menghentikan kebiasaan buruk ini.
Ceritakan kepada sang anak bahwa ngompol adalah hanya untuk bayi saja. Katakan bahwa anak Anda sudah lebih daripada sekedar bayi. Ajak anak Anda apa jadinya bila berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan ngompol terus. Jadikan dalam hatinya bahwa ia harus stop kebiasaan ini.
Ajarkan setiap malam untuk buang air kecil dahulu sebelum tidur (akan lebih baik juga bila selalu disertai gosok gigi dan juga wudhu - bagi mereka yang mau). Kegiatan ini harus dibuat rutin agar sang anak terbiasa hingga dewasa nantinya.
Bisikkan kepadanya sesaat sebelum tidur bahwa anak baik selalu buang air kecil di kamar mandi / kloset. Bila ada keinginan buang air kecil, bangunlah dan buanglah di kloset. Ulangi kalimat ini dengan lembut dan yakinilah bahwa sang anak mendengarnya.
Gunakan kalimat positif, hindari penggunaan kalimat negatif. Contoh:
--- gunakan kalimat:
"Nak, bila akan pipis, bangunlah, lalu turun dari tempat tidur, pergi ke kamar mandi dan pipislah di toilet."
--- jangan gunakan kalimat (apalagi disertai ancaman meski dengan nada lembut):
"Nak, jangan pipis ya. Kalau pipis, nanti papa jewer kamu ya. Jangan ngompol di kasur ya. Kalau ngompol nanti papa kasih tahu teman-teman kamu, lho.
Mengapa jangan menggunakan kalimat negatif, bu Iin?
Hal ini disebabkan otak sang anak tidak mengenal kata "jangan, tidak, dsb." sehingga bila dikatakan "jangan ngompol ya nak" maka otak akan menerjemahkan "..ngompol ya nak".
Tidak lupa, berdoa kepada yang Maha Kuasa agar dimudahkan usaha Anda.

Selasa, 20 September 2011

Seri Psikologi Perkembangan Anak (TKIT/SDIT Fathona Palembang)

Masa anak-anak adalah saat-saat langka bagi mereka terlebih 6 tahun pertama. Di saat inilah terjadinya perkembangan dan pertumbuhan otak anak yang luar biasa pesatnya. Oleh karena itu Anda sebagai orang tua/pendidik selayaknyalah menitikberatkan pendidikan anak di masa keemasan ini. 
Bapak/Ibu, Papi/Mami, Ayah/Ibu dan Abi Umi yang tergabung dalam TKIT dan SDIT Fathona Yayasan Pendidikan Frania Palembang yang selalu sayang pada buah hatinya, ketahuilah bahwa pembentukan emosi dan kemajuan anak Anda sebenarnya telah dimulai semenjak Anda dan pasangan Anda (suami /istri) berniat untuk memiliki keturunan. Bahkan saya pernah mendengar pepatah /kata-kata bijak bahwa "membentuk jiwa anak adalah dimulai satu generasi sebelum anak dilahirkan". Adalah benar bahwa pembentukan emosi anak ditentukan oleh orang tua dan lingkungannya. Orang tua berperan besar dalam membentuk anak luar dalam. Demikian pula dengan lingkungan, memegang andil yang cukup besar dalam membuat pola sikap anak-anak kita. Dalam hal ini, akan lebih baik bila kita sebagai orang tua / pendidik mengenal karakteristik anak-anak kita. Dengan mengetahui psikologi perkembangan anak, tentu akan lebih mudah mengidentifikasi kebutuhan mendasar anak-anak kita untuk berkembang lebih lanjut, mengoptimalkan kemampuan dan kepintaran mereka. Dengan mempelajari psikologi perkembangan anak usia dini, Anda akan mengenal pola dan sikap yang anak-anak Anda tunjukkan, sehingga Anda bisa memberikan bahasa kasih, support dan pujian yang tepat bagi perkembangan jiwa anak-anak sejak dini.
Selain kita membina diri dan keluarga kita, pun kita selayaknyalah memberikan perhatian bagi pembentukan dan perbaikan kepribadian masyarakat kita. Bila masyarakat memiliki kebiasaan dan karakter yang baik, tentu akan berbekas kepada jiwa anak-anak kita. Bila lingkungan masyarakat buruk, tentu saja akan dengan mudah mempengaruhi anak kita.

Wisata Pulau




Pulau Tidung memang menarik mempunyai sejuta keunikan, pulau yang satu ini memang banyak di kunjungin wisatawan domestik dan asing karena keindahan laut dan pemandanganya begitu asri sehingga selalu membuat penasaran orang yang belum pernah kesana, Pulau ini sudah didiami penduduk sejak zaman penjajah Belanda ceritanya begini, ketika Fatahillah menyerbu Malaka, beliau dan pasukannya memanfaatkan pulau-pulau yang ada di Teluk Jakarta sebagai tempat mengatur strategi. Salah satu pulau itu diberi nama Pulau Tidung, artinya pulau tempat berlindung.
Sebelah timur pulau ini terdapat Pulau Tidung Kecil. Kini kedua pulau ini tersambung oleh sebuah jembatan kayu yang sangat indah. Kita bisa menyusuri jembatan itu sambil melihat ke bawah laut yang bening dengan pemandangan karang-karang dan ikan yang beraneka warna. Panjang jembatan sekitar 2 kilometer. Air lautnya yang bening dan hamparan pasir putih di tepi pantainya sangat indah untuk dinikmati. Belum lagi pesona sunrise dan sunset yang indah setiap harinya.
Berenang dan mancing di Pulau ini sangat menyenangkan. Pengunjung bisa mancing di dermaga atau di jembatan atau menyewa kapal nelayan. Begitu juga berenang. Kegiatan diving dan snorkling juga oke. Apalagi sekarang sudah banyak tersedia penyewaan peralatan snorkling dan diving plus guide dan kapal kecilnya.
Untuk penginapan jangan khawatir. Ada banyak tempat penginapan di sini. Apalagi dalam satu tahun terakhir, pembangunan penginapan-penginapan baru terus dilakukan oleh penduduk untuk mengantisipasi jumlah pengunjung yang terus meningkat setiap minggunya. Kalau pun penginapan yang ada penuh, kita bisa kok menumpang di rumah salah satu penduduk. Umumnya mereka wellcome kepada para tamu, pokoknya kalau wisata liburan kesana anda tidak akan rugi

Senin, 05 September 2011

Ikhtilaf Buat Indonesia

Indahnya Lebaran 3 Kali, Kemenangan Buat Indonesia
perbedaan lebaran 2011


Gitu aja kok repot!